Senin, 09 November 2015

Kerjasama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas

1.        Pendahuluan
Penelitian ini adalah hasil pendahuluan dari suatu penelitian lapangan pada tahun 1950-1954 di sebuah desa Sunda yang bernama Cibodas yang termasuk dalam Kecamatan Lembang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan oleh penulis, bekerjasama dengan ahli pertanian Kampto Utomo dan dengan bantuan para mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, di Bogor.

2.        Struktur Masyarakat Pertanian di Cibodas
Ada dua prinsip yang saling melengkapi yang membagi masyarakat desa Cibodas ke dalam dua kelompok sosial yang pada dasarnya berbeda, yaitu di satu pihak “mengabdi” dan di lain pihak “memerintah” atau “memperabdi”. Kata-kata mengabdi digunakan dalam pengertian “menyerah” atau  “menyerahkan diri” kepada seseorang yang memberikan perintah dan suruhan, memberikan pekerjaan, mempunyai orang lain untuk melayaninya, dan dalam beberapa keadaan memberikan perlindungan. Atas dasar kedua prinsip ini, masyarakat desa dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok: kelompok buruh  tani dan kelompok petani bebas.

3.        Buruh tani
Buruh Tani sama sekali tidak mempunyai tanah atau tidak mempunyai cukup tanah yang berkualitas baik guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya dan ia juga tidak mempunyai latar belakang kecerdasan yang diperlukan untuk mengurus suatu usaha pertanian. Tetapi harus ditekankan di sini bahwa ciri terpenting dari buruh tani bukanlah tidak adanya atau tidak cukupnya tanah yang dimilikinya, tetapi sikapnya yang menyerahkan diri kepada orang yang dilayaninya).
Empat puluh empat persen keluarga yang terdapat di Cibodas sama sekali tidak memiliki tanah. Di sini buruh tani itu lagi memperlihatkan dirinya dalam peranan “mengabdi”. Dua puluh lima persen dari keluarga di Cibodas itu hanya memiliki tanah pekarangan, di mana terdapat tempat kediaman mereka, bersama dengan tempat kediaman kerabat tedekat. Dua puluh tiga persen dari para penduduk termasuk ke dalam kelompok pemilik tanah sempit.
Jadi, buruh tani itu terdiri dari kira-kira sembilan puluh persen dari jumlah penduduk desa (walaupun angka itu harus dilihat hanya sebagai perkiraan yang amat kasar saja).
Setelah mengadakan pembedaan yang penting antara buruh tani dan petani bebas di Cibodas, maka “praktis”lah kiranya untuk selanjutnya membagi buruh-buruh pertanian itu ke dalam dua sub-kelompok.

Buruh Tani dalam Arti Sesungguhnya
Untuk maksud-maksud penelitian ini ciri-ciri buruh tani yang sesungguhnya dapat dijelaskan sebagai berikut:


Kegiatan Ekonomi
a)      Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji sebagai pekerja harian.
b)      Setelah hasil kentang dan kubis dipungut dari tanah pertanian petani bebas, buruh tani diperbolehkan menanami tanah-tanah itu selama enam bulan atas dasar bagi hasil, dan menanaminya dengan padi huma, jagung dan ketela rambat. Sedikit di antara mereka juga menggarap sawah di desa itu atas dasar bagi hasil (daerah tegalan jauh lebih luas di desa itu dibandingkan dengan sawah).
c)      Di waktu mereka tidak dipekerjakan sebagai tenaga buruh, para buruh tani melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira sama besarnya dengan gaji mereka

Kedudukan Sosial
a)      Para buruh tani berada di tingkat terendah dalam lapisan masyarakat.
b)      Buruh tani hidup untuk mennyambung nyawa saja, karena tidak ada benda atau orang yang menjamin kelanjutan hidup mereka di masa depan.
c)      Sebagaimana dapat diduga berdasarkan apa yang tersebut di atas, maka buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengelola pertanian.
d)     Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada desa mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan kalau telah datang waktunya, mereka pindah ke tempat yang baru lagi di mana mereka berharap menemukan kesempatan untuk berhasil atau gaji yang lebih besar, atau di mana kedengaran kerja lebih ringan.
(Dyah Lisna - 155040101111008)

Petani Tidak Tetap
            Petani tidak tetap memiliki lahan yang luasnya berada antara seperempat acre sampai dua setengah acre, tetapi pada umumnya mereka memiliki kurang dari satu seperempat acre. Pendapatan yang  diperoleh dari sebidang tanah yang dikerjakan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga terkadang mereka menjadi buruh, pedagang, dan sejenisnya untuk menyambung hidup.  Petani tidak tetap juga bekerja menggarap lahan orang lain. Seperti buruh tani yang sesungguhnya, petani tidak tetap juga sering menanam tanaman sampingan atas dasar maro (bagi hasil).
Ciri khas utama dari sub-kelompok ini dapat diringkaskan sebagai berikut:

Kegiatan Ekonomi
a)      Petani tidak tetap dipekerjakan oleh tuan tanah yang lebih besar dengan digaji sebagai tenaga harian.
b)      Mereka menanam padi huma, jagung, ketela rambat, dan bawang di atas tanah kering yang sementara disewakan kepada mereka atas dasar bagi hasil, setelah kentang dan kubis dipungut dari tanah itu. Mereka juga mengerjakan sebagian dari sawah desa atas dasar bagi hasil.
c)      Perdagangan yang dilakukan para petani tidak tetap kadang-kadang mengambil bentuk yang sedikit lebih luas dan lebih teratur dari yang dilakukan oleh buruh tani tidak bertanah.

Kedudukan Sosial
a)      Beberapa petani tidak tetap itu mempunyai harga diri yang lebih besar, tetapi kebanyakan anggota kelompok itu amat serupa dengan kelompok buruh tani yang tidak bertanah dalam sikap mental dan kecerdasannya.
b)      Petani tidak tetap mempunyai sumber uang masuk yang lain di samping upah kerjanya (yaitu dari bagi hasil sawah, dari hasil pertanian yang ditanam di atas tanah mereka sendiri umpamanya) maka mereka menjadi sedikit kurang terpengaruh dibandingkan dengan buruh tani saja terhadap perubahan-perubahan musim dan perubahan lainnya yang terjadi di pasar tenaga kerja.
c)      Kesan umum yang diperoleh adalah bahwa petani tidak tetap sebagai suatu kelompok secara kemasyarakatan bertambah menurun keadaanya dan bukan bertambah meningkat.
d)     Hubungan kekeluargaan dari petani tidak tetap, sebagimana halnya dengan hubungan keluarga buruh tani yang sesungguhnya, tidak menolong memperkuat kedudukan ekonomi dan sosialnya.

1.        Para Petani Bebas
Para petani bebas, “menerima pengabdian” memainkan peranan yang menonjol baik dalam kehidupan sosial.  Para petani bebas dibagi menjadi dua sub kelompok yaitu petani bebas kecil dan tuan tanah besar. Para petani yang mempunyai tanah seluas antara dua setengah acre dan dua belas acre dalam hak-milik mereka telah digolongkan sebagai petani bebas kecil, sedangkan mereka yang mempunyai lebih dari dua belas acre dianggap sebagai tuan tanah besar.

Petani Bebas Kecil
Kelompok petani bebas kecil dapat dianggap terdiri dari enam sampai delapan persen dari keluarga yang ada di Cibodas. Kelompok itu memperlihatkan tanda-tanda kemakmuran tertentu.  Cara berpikir mereka amat berbeda dengan para buruh tani. kelompok petani bebas kecil cukup dewasa dipandang dari segi sosiologis untuk mempunyai kepentingan dalam memperbaiki nasib dan memainkan peranan yang aktif dalam melakukan itu.
Ciri-ciri khas kelompok ini adalah sebagai berikut:

Kegiatan Ekonomi
a)      Anggota kelompok petani: bebas kecil tidak melakukan pekerjaan untuk mencari upah.
b)      Mereka mengerjakan tanah sendiri dan kadang-kadang mengerjakan sawah atas dasar bagi hasil. Terdapat pengetahuan yang semakin meyakinkan pada petani bebas kecil tentang pengelolaan pengurusan usaha pertanian. Mereka cenderung banyak meniru dari tuan tanah besar, dengan jalan mengikuti praktik-praktik mereka sejauh mungkin dalam batas kemungkinan keuangan mereka. Para petani bebas kecil juga mempunyai buruh tani yang bekerja untuk mereka dengan diupah.
c)      Perdagangan yang dilakukan oleh anggota kelompok petani bebas kecil selalu ada hubungannya dengan hasil pertanian yang mereka tanam dan ditanam orang lain (kentang dan kubis). Perdagangan ini lebih banyak merupakan pemasaran hasil pertanian sendiri daripada usaha mencari uang masuk lebih banyak.
d)     Dengan sedikitnya tersedia modal, anggota kelompok ini berusaha mencari penggunaannya yang paling menguntungkan.

Kedudukan Sosial
a)      Antara tuan tanah besar dan buruh tani tidak terdapat hubungan kekeluargaan. Perbedaan status sosial yang membedakan mereka dari buruh tani juga terlihat dalam kenyataan bahwa petani bebas kecil itu tidak bekerja untuk mereka. Dari segi pandangan sosiologis, sedikit perbedaan antara kedudukan petani bebas kecil dan kedudukan tuan tanah besar.
b)      Dibandingkan dengan kelompok buruh tani, kelompok ini memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan anak-anak. 
(Yuliana Kristanti - 155040101111009)

c)      Anggota kelompok ini memainkan peran penting tergantung pada kepribadian yang bersangkutan. Kelompok ini masih mendapat perhatian dari pemerintah dibanding buruh tani meskipun badan-badan pemerintah hanya sesekali berhubungan dengan kelompok ini.
d)     Ikatan keluarga memainkan peranan penting dalam kegiatan kesempatan ekonomi.

Tuan Tanah Besar
      Sub-kelompok petani bebas yang termasuk tuan tanah besar hanya setengah persen dari penduduk Cibodas. Kelompok ini terdiri sejumlah kecil keluarga yang berhubungan erat dengan perkawinan dan lima kelompok keluarga yakni satu keluarga di masing-masing kampung Cigalukguk,Cibeunying dan Kosambi,dan dua keluarga di kampung Dago. Merekalah yang menentukan jenis kegiatan dan memainkan peranan penting.

Kegiatan Ekonomi
a)      Para tuan tanah besar menjalankan fungsi pengelola
b)      Pedagang membantu pemenuhan kredit para tuan tanah besar

Kedudukan Sosial
a)      Para tuan tanah besar lebih berkuasa bukan hanya secara ekonomi namun juga kemasyarakatan. Merekalah yang memiliki hubungan dengan badan-badan pemerintahan dan dengan anggota-anggota terkemuka pamong praja.
b)      Hubungan antara buruh tani dengan tuan tanah besar menduduki posisi pelayan dengan tuannya pada kelompok keluarga Cibeunying.
c)      Aturan tuan tanah besar mempunnyai kedudukan sosial dan ekonomi yang berbeda dan merupakan bagian yang integral dari masyarakat desa itu.
(Farida Arhum Ardyani - 155040101111010)



Pertanyaan Propagasi
     1)      Sebutkan dan jelaskan dua prinsip (dasar) yang melandasi struktur sosial atau pelapisan sosial masyarakat desa Cibodas atau masyarakat desa lain yang mirip dengan desa Cibodas?
     2)      Jelaskan perbedaan 2 golongan (kelompok) utama warga desa Cibodas dilihat dari aktivitas ekonomi yang dilakukan dan kedudukan sosialnya dalam masyarakat desa.
     3)      Sebutkan dan jelaskan pola-pola hubungan apa sajayang dijumpai antara kedua golongan atau sub golongan warga desa tersebut.
     4)      Jelaskan pola-pola hubungan antara 2 golongan warga desa Cibodas dengan pihak luar (atas) desa.

Jawaban Propagasi
     1)      Kedua prinsip itu adalah di satu pihak “mengabdi” dan di lain pihak “memerintah”. Maksudnya adalah dalam segi kehidupan kemasyarakatan di desa Cibodas dalam kehidupan ekonominya, terdapat pihak yang mengabdi atau menyerahkan diri kepada seseorang yang memerintah (memberi perintah, memberi pekerjaan, mempunyai orang lain untuk melayaninya, dan dalam keadaan lain memberikan perlindungan). Atas dasar kedua prinsip ini kemudian masyarakat desa dibagi ke dalam kelompok buruh tani dan kelompok petani bebas. Buruh tani yang tidak memilikialat materi atau kecerdasan yang mengakibatkan posisinya menjadi lebih rendah yang kemudian mengabdikan dirinya kepada para petani bebas.
     2)      Buruh Tani
·      Buruh Tani dalam Arti Sesungguhnya
Kegiatan Ekonomi
a) Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji sebagai pekerja harian.
b)  Setelah hasil kentang dan kubis dipungut dari tanah pertanian petani bebas, buruh tani diperbolehkan menanami tanah-tanah itu selama enam bulan atas dasar bagi hasil, dan menanaminya dengan padi huma, jagung dan ketela rambat. Sedikit di antara mereka juga menggarap sawah di desa itu atas dasar bagi hasil
c)    Di waktu mereka tidak dipekerjakan sebagai tenaga buruh, para buruh tani melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira sama besarnya dengan gaji mereka

Kedudukan Sosial
a)    Para buruh tani berada di tingkat terendah dalam lapisan masyarakat.
b)   Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak ada benda atau orang yang menjamin kelanjutan hidup mereka di masa depan.
c)    Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengelola pertanian. Mereka telah terbiasa bekerja sebagai buruh tani sepanjang hidup; karena itu mereka tahu sedikit mengenai pekerjaan pertanian.
d)   Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada desa mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan kalau telah datang waktunya, mereka pindah ke tempat yang baru lagi di mana mereka berharap menemukan kesempatan untuk berhasil atau gaji yang lebih besar, atau di mana kedengaran kerja lebih ringan.

·      Petani Tidak Tetap
Kegiatan Ekonomi:
a)    Petani tidak tetap dipekerjakan oleh tuan tanah yang lebih besar dengan digaji sebagai tenaga harian.
b)   Mereka menanam padi huma, jagung, ketela rambat, dan bawang di atas tanah kering yang sementara disewakan kepada mereka atas dasar bagi hasil, setelah kentang dan kubis dipungut dari tanah itu. Mereka juga mengerjakan sebagian dari sawah desa atas dasar bagi hasil.
c)    Perdagangan yang dilakukan para petani tidak tetap kadang-kadang mengambil bentuk yang sedikit lebih luas dan lebih teratur dari yang dilakukan oleh buruh tani tidak bertanah.

Kedudukan Sosial

a)    Kendatipun beberapa petani tidak tetap itu mempunyai harga diri yang lebih besar, tetapi kebanyakan anggota kelompok itu amat serupa dengan kelompok buruh tani yang tidak bertanah dalam sikap mental dan kecerdasannya.
b)   Karena petani tidak tetap mempunyai sumber uang masuk yang lain di samping upah kerjanya, maka mereka menjadi sedikit kurang terpengaruh dibandingkan dengan buruh tani saja terhadap perubahan-perubahan musim dan perubahan lainnya yang terjadi di pasar tenaga kerja.
c)    Kesan umum yang diperoleh adalah bahwa petani tidak tetap sebagai suatu kelompok secara kemasyarakatan bertambah menurun keadaanya dan bukan bertambah meningkat.
d)   Hubungan kekeluargaan dari petani tidak tetap, sebagimana halnya dengan hubungan keluarga buruh tani yang sesungguhnya, tidak menolong memperkuat kedudukan ekonomi dan sosialnya.

Para Petani Bebas
·      Petani Bebas Kecil
Kegiatan Ekonomi
a)    Anggota kelompok petani: bebas kecil tidak melakukan pekerjaan untuk mencari upah.
b)   Mereka mengerjakan tanah sendiri dan kadang-kadang mengerjakan sawah atas dasar bagi hasil.
c)    Perdagangan yang dilakukan oleh anggota kelompok petani bebas kecil selalu ada hubungannya dengan hasil pertanian yang mereka tanam dan ditanam orang lain (kentang dan kubis). Perdagangan ini lebih banyak merupakan pemasaran hasil pertanian sendiri daripada usaha mencari uang masuk lebih banyak.
d)   Dengan sedikitnya tersedia modal, anggota kelompok ini berusaha mencari penggunaannya yang paling menguntungkan.
Kedudukan Sosial
a)    Antara tuan tanah besar dan buruh tani tidak terdapat hubungan kekeluargaan, tetapi hubungan seperti itu memang terdapat antara kedua kelompok petani bebas, dan petani  bebas kecil biasanya amat sadar akan kedudukan ini.
b)   Dibandingkan dengan kelompok buruh tani, kelompok ini memberikan perhatian yang lbih besar terhadap pendidikan anak-anak.
c)    Anggota kelompok petani bebas kecil (yang mereka sendiri kadang-kadang adalah anak atau keuarga jauh dari tuan tanah besar) mampu memainkan peranan yang dapat dikatakan penting dalam kehidupan desa, tergantung dari kepribadian orang yang bersangkutan.
d)   Dalam kelompok petani kecil, ikatan keluarga memainkan peranan yang penting dalam kegiatan dan kesempatan ekonomi.

·      Tuan Tanah Besar
Kegiatan Ekonomi
a)    Di dalam usaha pertanian, para tuan tanah besar menjalankan fungsi pengelola, baik dengan gaya baru maupun dengan gaya lama.
b)   Keperluan para tuan tanah besar untuk memperoleh kredit untuk menutupi kekurangan-kekurangan musiman pada umumnya dipenuhi oleh para pedagang di lembang dan bandung yang menyediakan pupuk dan kemasan-kemasan kimia. Untuk sebagiannya ini dilakukan melalui dinas pertanian.
Kedudukan sosial
a)    Kalau bagi para buruh tani kampung cenderung untuk dianggap sebagai kesatuan kemasyarakatan yang terpenting setelah keluarga, bagi para tuan tanah besar, keluarga luas telah mengambil fungsi ini.
b)   Dalam hubungan mereka dengan buruh tani tuan tanah besar masih tetap menduduki lebih kurang posisi tuan terhadap para pelayannya, atau bapak terhadap anak-anaknya, atau tuan feodal terhadap ulur-ulurnya.
Tuan tanah besar kendatipun mempunyai kedudukan sosial dan ekonomi yang amat berbeda. Merupakan bagian yang integral dari masyarakat desa itu dan belum lagi merupakan unsur asing.

     3)      a. Pola hubungan buruh tani adalah baik buruh tani sesungguhnya maupun petani tidak tetap sama-sama dipekerjakan oleh tuan tanah yang lebih besar dan digaji sebagai pekerja harian.  Selain itu, terdapat pola kerja bagi hasil.  Selain itu, hubungan kekeluargaan dari petani tidak tetap, sebagaimana halnya dengan hubungan keluarga buruh tani yang sesungguhnya, tidak menolong memperkuat kedudukan ekonomi dan sosialnya.
    b. Pola hubungan petani bebas adalah terkadang petani bebas kecil mengerjakan sawah milik tuan tanah yang lebih besar dengan  sistem bagi hasil. Para petani bebas kecil juga mempunyai buruh tani yang bekerja untuk mereka dengan diupah.  Antara tuan tanah besar dan buruh tani tidak terdapat hubungan kekeluargaan.

     4)    Pola hubungan antar kedua golongan Desa Cibodas dengan pihak luar desa adalah
-          Tuan tanah besar membeli pupuk dan obat-obatan kimia langsung dari perwakilan jawatan pertanian atau dari agen-agen di Lembang dan Bandung.
-          Petani tidak tetap menjual hasil pertanian ke pasar Bandung dengan bis kecil, tetapi biasanya dibawa dengan dipikul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar